Minggu, 29 Maret 2015

Aku?

Aku.
Banyak orang yang mendengar desas desus ini.
Aku.
Yang mereka anggap sebagai yang mengetahui apa yang mereka belum ketahui.
Yang mereka pikir mampu melesat lebih cepat dari siapapun di liniku.
Aku.
Yang di benci pada setiap kata yang ku ucapkan.
Yang di benci bahkan hanya karena namaku di sebutkan.
Aku, yang kisahnya hanya diketahui seklumit orang.

Pernah aku bertanya pada bundaku,
Hidup apa harus berjuang untuk meyakinkan mereka yang membenciku, bunda?
Dan bunda tersenyum
Katanya, Benci itu penting, nak, untuk agar kau tahu hidup ini tidak hanya untuk mensyukuri apa yang punya. Meminta yang kau butuhkan dan kau inginkan. Tapi memperbaiki apa yang kau rusak.
Cih, apa yang aku rusak?

Dan seketika aku bertanya pula pada ayahku,
Apa aku merusak sesuatu, ayah, hingga mereka membenciku?
Ayahpun, tak ku duga, mengangguk
Kau merusak apa yang mereka syukuri, kau merusak apa yang mereka sayangi. Kau cahaya penyilau mata mereka yang hanya punya lampu 5 watt untuk kamar10x10 meter, nak.
Aku?


Ya. Akulah, hati yang dengki.